Berbagai Pengamat Menilai, Teror Sniper Rizieq Kebohongan Besar
Jakarta - Sniper adalah prajurit terlatih yang membunuh musuh jarak jauh dan tersembunyi, yang biasanya menggunakan senapan khusus yang dirancang untuk menembak jarak jauh tanpa ada kesalahan atau tidak pernah meleset.
Berbagai pengamat dan masyarakat mempertanyakan akan kebenarannya? Apakah ini sengaja dibuat oleh Rizieq Shihab agar mendapat simpati karena seakan akan di dzolimi atau sengaja mengskriditkan salah satu institusi dan bisa saja dusta yang terus dihembuskan oleh Rizieq agar publik percaya bahwa dia sedang menjadi target.
Wali Laskar FPI Bogor Raya Habib Abubakar Alatas sendiri mengatakan pada TribunNews.com "Itu pemberitaan hoax. Alhamdulillah, dari kita secara logika saja sniper itu kan enggak mungkin bikin retak kaca, dia pasti jebol," ungkap Abubakar kepada TribunnewsBogor.com usai menghadiri acara zikir di Selarong, Bogor, Sabtu (29/4/2017).
Selanjutnya Alatas menegaskan “ kejadian itu disebabkan anak-anak main-main, kena ke kaca dan yang retak itu bukan di kediaman Habib Rizieq, tapi kantin yang di depan rumah Habib Rizieq".
Anehnya Rizieq Shihab sengaja mengadakan release, bahwa alasannya dia umroh untuk menghindari teror sniper yang sebenarnya kejadiannya sudah satu bulan yang lalu, tapi ia tidak melapor kepada polisi karena percaya bahwa polisi tidak akan menindak lanjuti, Ujar Rizieq Selasa (3/5/2017).
Hal ini disebutkan juga oleh Ketua Presidium 212 Ustaz Ansufri ID Sambo saat melaporkan kejadian itu ke Komnas HAM. Akibat aksi teror yang dialami Habib Rizieq di pendoponya, kini dia tengah berada di Tanah Suci untuk mengamankan diri, ujarnya (29/4/2017).
Sementara itu rangkuman Jawa Pos ada beberapa kejanggalan, diantaranya: bidikan sniper meleset; tak melapor polisi; dalih mengungsi padahal hendak diperiksa (29/4/2017), dan teror sniper itu bisa disimpulkan sebagai “Kebohongan Besar”.
Selain itu Pengamat Intelijen Intelijen dari Institute for Security and Strategic Khairul Fahmi pada NetralNews.Com menilai “Ragu” keraguan tersebut adalah pada ancaman tersebut sudah faktual dalam bentuk penembakan sudah bisa diidentifikasi oleh polisi, (30/4/2017).
Kemudian menurut Khairul, setiap potensi ancaman pada dasarnya sudah bisa diidentifikasi oleh kepolisian. Kemudian dengan kewenangannya polisi bisa bersikap atas potensi bahaya yang bakal terjadi ke warga negaranya.
-Berita Indosiar-
Komentar
Posting Komentar