DIKOTOMI “ULAMA” VERSI MA’RUF AMIN DAN RIZIEQ SHIHAB


Jakarta - Ulama secara terminologi adalah pemuka dan orang yang hal ihwal ke Islaman, yang bertugas mengayomi, membina dan membimbing umat Islam kearah yang lebih baik dari aspek agama dan sosial. Berbicara agama dan sosial terkait dengan Habluminallah dan Hablumminannas.

Para ulama senantiasa membimbing kita untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dan berbuat baik terhadap sesama manusia, serta memberikan penerangan ketika orang masuk dalam kegelapan untuk kembali kepada jalan Allah.

Islam diterima di Indonesia dan menjadi mayoritas karena para ulama selalu membimbing dan mengayomi serta mengajarkan dengan penuh keihlasan dan kasih sayang. Padahal sebelumnya Indonesia mayoritas beragama Hindu, namun Islam diterima dengan baik.

Selain keihlasan dan kasih sayang, ulama sendiri tidak pernah mengajarkan kekerasan, menghardik, berkata kotor dan mengkafirkan umat yang lain atau sesama umat muslim, tapi secara santun dan tauladan sehingga mereka secara sadar berboyong boyong memasuki islam.

Pada perkembangan ada yang dinamakan Ulama Su’u, yaitu kebalikan dari ulama yang di atas, namun penulis tidak sependapat memakai kata ulama didepannya, karena dirasa mencenderai Islam, atau lebih baik saya sebut orang yang mengaku ulama.

Patut disyukuri dijaman sekarang ini masih banyak ulama-ulama yang mengikuti fitrahnya dan senantiasa menyejukkan umat. Figur ulama seperti itu harus kita angkat ke publik jangan sampai panggungnya kalah dengan orang yang mengaku ulama, namun tujuannya bukan membawa kepada kemajuan melainkan membuat NKRI di ambang kehancuran dan perpecahan. 

Melihat Ketua MUI ketika saat jadi saksi kasus Ahok banyak pertanyaan yang menyudutkan dan seolah-olah tidak menghargainya, dengan lapang dada dan ikhlas memaafkan Ahok, dan pada saat Polri menyidik Kasus Baginda Habibana Rizieq Shibab, beliau minta Polri transparan.

Sama halnya ketika muncul isu kriminalisasi ulama yang didengungkan Baginda Yang Mulia Habibana Rizieq Shihab. Kyai Ma’ruf Amin pada republika.com melalui pesan singkat mengatakan penetapan tersangka kasus pornografi tidak ada hubungannya dengan kriminalisasi dan merupakan persoalan hukum seperti biasa (29/5/17).

Begitu cerdas dan tauladannya beliau sebagai ulama yang mementingkan kedamaian daripada membuat opini perpecahan, orang seperti ini menurut penulis adalah ulama dan benar-benar ulama, perlu digaris bawahi Ma’ruf Amin tidak pernah mengklaim dirinya ulama, walaupun Beliau sendiri adalah Ketua MUI.

Mudah-mudahan semua orang yang mempunyai pengetahuan lebih dibidang keislaman mampu menjadi ulama yang berjuang untuk persatuan dan kesatuan bangsa, sama seperti para pahlawan kita yang berjuang untuk rakyat, bukan ulama yang memecah belah umatnya dan mengkafirkan sesama umat atau menghalalkan “Persekusi” yang anarkhi dan main hakim sendiri untuk menunjukkan pengaruhnya sebagai ulama.


-Berita Indosiar-

Komentar